Didalam asuhan, didikan dan gemblengan dari Syekh Muhammad Baba inilah Syekh Muhammad Bahauddin mencapai keberhasilan di dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt. sampai Syekh Muhammad Baba menganugerahinya sebuah "kopiah wasiat al Azizan" yang membuat cita-citanya untuk lebih dekat dan wusul kepada Allah Swt. semakin meningkat dan bertambah kuat.Syaikh Muhammad Arsyad Al Banjari 1710-1812 adalah salah seorang ulama paling masyhur dalam peradaban Islam Nusantara. Beliau adalah penulis kitab fiqh "Sabilal Muhtadin Lit Tafaqquh Fi Amriddin" yang menjadi rujukan hingga hari ini di Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, Thailand Selatan & Filipina Selatan. Beliau lahir di Desa Lok Gabang, Kerajaan Banjar sekarang masuk dalam wilayah Kalimantan Selatan, Indonesia pada tanggal 15 Shafar 1122 H, bertepatan 19 Maret 1710 M. Ayah beliau bernama Abdullah, ibu beliau bernama Aminah, persis seperti nama ayah & ibu Rasulullah SAW. Menurut para ahli nasab, nasab beliau bersambung sampai kepada Rasulullah SAW melalui jalur Abdullah Al Aidrus bin Abu Bakar As Sakran, terus ke atas hingga ke jalur Husein bin Ali & Fathimah binti Rasulullah SAW. Ketika beliau masih berumur 7 tahun, Sultan Hamidullah bin Sultan Tahmidullah I 1700-1734 -yang sangat terkesan dengan kecerdasan beliau- meminta agar beliau dididik... read moreSyaikh Muhammad Arsyad Al Banjari 1710-1812 adalah salah seorang ulama paling masyhur dalam peradaban Islam Nusantara. Beliau adalah penulis kitab fiqh "Sabilal Muhtadin Lit Tafaqquh Fi Amriddin" yang menjadi rujukan hingga hari ini di Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapura, Thailand Selatan & Filipina Selatan. Beliau lahir di Desa Lok Gabang, Kerajaan Banjar sekarang masuk dalam wilayah Kalimantan Selatan, Indonesia pada tanggal 15 Shafar 1122 H, bertepatan 19 Maret 1710 M. Ayah beliau bernama Abdullah, ibu beliau bernama Aminah, persis seperti nama ayah & ibu Rasulullah SAW. Menurut para ahli nasab, nasab beliau bersambung sampai kepada Rasulullah SAW melalui jalur Abdullah Al Aidrus bin Abu Bakar As Sakran, terus ke atas hingga ke jalur Husein bin Ali & Fathimah binti Rasulullah SAW. Ketika beliau masih berumur 7 tahun, Sultan Hamidullah bin Sultan Tahmidullah I 1700-1734 -yang sangat terkesan dengan kecerdasan beliau- meminta agar beliau dididik di istana. Hingga ketika beliau beranjak dewasa dan dinikahkan, beliau melanjutkan pendidikannya ke Makkah selama 30 tahun & Madinah selama 5 tahun atas biaya Sultan. Di sana beliau menimba ilmu sebanyak-banyaknya dari ulama-ulama Haramain Syaikh Muhammad bin Sulaiman Al-Kurdi, Syaikh 'Athaullah dan Syaikh Muhammad bin Abdul Karim As-Sammani Al-Madani, sekaligus menjalin persahabatan yang sangat mendalam dengan sesama penimba ilmu dari Nusantara, yakni Abdus Shamad Al Falinbani dari Palembang, Abdur Rahman Al Mashri Al Batawi dari Betawi, Abdul Wahhab Bugis dari Bugis, yang kesemuanya kemudian menjadi ulama masyhur di Nusantara. Sepulangnya ke Negeri Banjar, kampung halaman beliau, beliau mendirikan tempat pendidikan ilmu agama, yang karena dikelilingi oleh pagar, disebut Dalam Pagar. Dalam perkembangannya, Dalam Pagar ini menjadi kampung yang sangat ramai oleh pencari ilmu agama dari seluruh pelosok negeri Banjar bahkan kerajaan lainnya di Kalimantan maupun luar Kalimantan. Kini, Dalam Pagar terletak di pusat kota Martapura, ibukota dimana Masjid Al Karomah -salah satu masjid terbesar di Kalimantan Selatan- sebagai pusatnya. Kitab tulisan beliau yang sempat dicatat adalah sbb 1. Tuhfah ar-Raghibin fi Bayani Haqiqah Iman al-Mu'minin wa ma Yufsiduhu Riddah al-Murtadin, diselesaikan tahun 1188 H/1774 M. 2. Luqtah al-'Ajlan fi al-Haidhi wa al-Istihadhah wa an-Nifas an-Nis-yan, diselesaikan tahun 1192 H/1778 M. 3. Sabil al-Muhtadin li at-Tafaqquhi fi Amri ad-Din, diselesaikan pada hari Ahad, 27 Rabiul Akhir 1195 H/1780 M. 4. Risalah Qaul al-Mukhtashar, diselesaikan pada hari Khamis 22 Rabiul Awal 1196 H/1781 M. 5. Kitab Bab an-Nikah. 6. Bidayah al-Mubtadi wa 'Umdah al-Auladi. 7. Kanzu al-Ma'rifah. 8. Ushul ad-Din. 9. Kitab al-Faraid. 10. Hasyiyah Fat-h al-Wahhab. 11. Mushhaf al-Quran al-Karim. 12. Fat-h ar-Rahman. 13. Arkanu Ta'lim as-Shibyan. 14. Bulugh al-Maram. 15. Fi Bayani Qadha' wa al-Qadar wa al-Waba'. 16. Tuhfah al-Ahbab. 17. Khuthbah Muthlaqah. Zuriyat anak dan cucu beliau banyak sekali yang menjadi ulama besar, 1. Syaikh Jamaluddin bin Muhammad Arsyad Al Banjari, Mufti Kerajaan Banjar. Beliau memiliki pengaruh yang sangat besar pada masa pemerintahan Sultan Adam 1825 - 1857 M. Mufti Jamaluddin al-Banjari berkontribusi penting dalam perumusan Undang-Undang Sultan Adam 1251 H /1835 M. Ia kemudian dikenal sebagai ahli undang-undang Kesultanan Banjar. Pendapat dan pandangannya banyak mempengaruhi setiap proses perumusan undang-undang kesultanan. 2. Yusuf Saigon Al Banjari Syaikh H. Muhammad Yusuf bin Muhammad Thasin Al Banjari, penda'wah yang berkeliling Nusantara hingga jauh ke Kamboja & Vietnam. Pendiri Pondok Pesantren Saigoniyah, pesantren pertama di Kalimantan Barat. 3. H. Abdurrahman Shiddiq, Mufti Kerajaan Indragiri Sapat, Tembilahan Riau. 4. Thayib bin Mas'ud bin H. Abu Saud Al Banjari, ulama besar di Kedah, Malaysia. 5. Syaikh Husein Kedah Al Banjari, Mufti Kesultanan Kedah, Malaysia. 6. Syaikh H. Anang Zainal Ilmi, ulama ternama di Kalimantan Selatan pada tahun 1950/60-an. Banyak memiliki karomah & disebut-sebut sebagai Arsyad Al Banjari Kedua. Turut berperan penting dalam mendamaikan Pemerintah dengan Ibnu Hadjar KRJT, dimana Ibnu Hadjar bersedia turun gunung atas do'a beliau. Dimakamkan di Kelampayan dalam komplek pemakaman Syaikh Muhammad Arsyad Al Banjari. 7. Syaikh H. Zaini Abdul Ghani, ulama besar di Kalimantan Selatan, yang ceramahnya selalu dihadiri ribuan hingga puluhan ribu orang yang datang dari Kalsel & luar Kalsel, bahkan dari Brunei, Singapura & Malaysia. Syaikh Muhammad Arsyad Al Banjari wafat pada tanggal 6 Syawwal 1227 H atau 3 Oktober 1812 M. Beliau meninggal dunia pada usia 102 tahun dengan meninggalkan sumbangsih yang luar biasa besar bagi perkembangan Islam di Nusantara. read less
SyekhSyihabuddin adalah putera Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dari isterinya bernama Baiduri (Bidur). Tahun 1258 H/1842, Raja-raja Riau di Pulau Penyengat Indera Sakti minta kesediaannya menjadi guru di Kerajaan Riau-Lingga.
Penamaan Masjid Syekh Arsyad Al Banjari adalah salah satu bentuk penghormatan kepada ulama besar asal Kalsel yang lahir di Lok Gabang, Martapura, Kabupaten Banjar, 17 Maret 1710 dan meninggal di Dalam Pagar, Martapura, pada 3 Oktober 1812Banjarmasin ANTARA - Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan membangun masjid megah yang diberi nama Masjid Raya "Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari", tokoh ulama terkemuka di Kalsel pada tahun 1710 – 1812. Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor didampingi para ulama meresmikan mulai dibangunnya masjid yang bertempat di wilayah perkantoran Sekdaprov Kalsel di Kota Banjarbaru tersebut, Rabu. Menurut Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang PUPR Kalsel Ahmad Solhan, luas lahan untuk pembangunan masjid tersebut sekitar 11 hektare. "Tahap pertama pembangunan pada 2022 ini, dilanjutkan pada 2023-2024 selesai," ujarnya. Menurut dia, pembangunan masjid dengan luas bangunan m2 dan berdaya tampung jamaah tersebut dianggarkan sebesar Rp121 miliar. "Tahun 2023 sebesar Rp80 miliar, tahun berikutnya Rp41 miliar," katanya. Masjid ini, kata Solhan, dibangun berbentuk limas dengan sistem sirkulasi dan pencahayaan secara terbuka. Menurut dia penamaan Masjid Syekh Arsyad Al Banjari adalah salah satu bentuk penghormatan kepada ulama besar asal Kalsel yang lahir di Lok Gabang, Martapura, Kabupaten Banjar, pada 17 Maret 1710 dan meninggal di Dalam Pagar, Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel pada 3 Oktober 1812. Bahkan, nama Syekh Arsyad Al-Banjari diusulkan menjadi pahlawan nasional. Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor berharap masjid yang dibangun di era kepemimpinannya ini dapat memberikan manfaat bagi pemberdayaan umat. Artinya, kata dia, tidak hanya menjadi tempat ibadah yang nyaman, masjid raya ini juga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan dakwah, pendidikan, sosial ekonomi, serta pemberdayaan masyarakat. “Alhamdulillah, pembangunan masjid yang begitu dirindukan dan didambakan, pembangunannya dapat kita wujudkan mulai hari ini," katanya. Diharapkan pembangunan masjid dapat berjalan dengan lancar, seraya berharap doa para ulama serta seluruh masyarakat agar pembangunan dapat dilaksanakan hingga selesai, demikian Sahbirin Noor. Baca juga Dispersip angkat pamor masjid-masjid bersejarah di Kalsel Baca juga Wapres JK Indonesia bangun masjid raya di Marawi Filipina Baca juga Pembangunan Masjid Apung senilai Rp40 miliar dilanjutkan Baca juga Sejumlah masjid di Kalsel gelar Shalat Gerhana Matahari berjamaahPewarta SukarliEditor Andi Jauhary COPYRIGHT © ANTARA 2022Ayahndabeliau adalah Guru Haji Ahmad Mughni (Nagara) bin Guru Haji Ismail (Alabio) bin Guru Haji Muhammad Thahir (Alabio) bin Khalifah Haji Syihabuddin (Pulan Penyangat-Kepulauan Riau) bin Maulana Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (Martapura). Artinya beliau juga keturunan Nabi Muhammad SAW.
Kompas TV regional kalimantan Minggu, 9 April 2023 1523 WIB BANJARBARU, - Di Bulan Ramadan kali ini pemutaran film biografi Ulama Besar asal Kalimantan Selatan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari turut mewarnai kegiatan warga Banjarbaru untuk bersantai atau menunggu waktu sahur. Film diputar di tempat unik bernama Misbar di ruang terbuka Hijau Taman Pintar Banjarbaru yang memiliki nuansa layar tancap dan arena teater terbuka. Baca Juga Berpuisi Tunggu Buka Puasa, Sanggar Kindai Seni Kreatif Kenalkan Mahabupua Sebagai Edukasi Literasi Film ini menceritakan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari. Pengarang Kitab Sabilal Muhtadin sepulang dari Timur Tengah ke Indonesia dan sempat bersinggah di Jakarta. Di Jakarta, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari sudah menunjukkan keilmuannya seperti memperbaiki arah kiblat di sejumlah masjid. "Karena tokoh film yang diangkat, sosok besar yang kisahnya mendunia, sebagai orang lokal tertarik," ungkap Haikal seorang penonton. "Dengan film ini semakin menebalkan kecintaan terhadap ulama," ucap seorang pemain di film Matahari dari Bumi Banjar, Novita. Baca Juga KSOP Kelas I Banjarmasin Pastikan Kesiapan Pelabuhan Sambut Arus Mudik-Balik Lebaran 2023 Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari yang dikenal dengan gelar Datu Kelampaian lahir pada tahun 1710 di Martapura salah satu pusat keagamaan islam di Indonesia pada abad ke-16. Pemutaran film berjudul Matahari dari Banjar ini diharapkan dapat mengenalkan tokoh ini pada generasi muda muslim dan menjadi teladan. Sumber Kompas TV BERITA LAINNYA Lukisanasli ulama ternama Kalsel Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari akhirnya pulang kampung ke Kota asal pelukis di Barabai, Kabupaten Hulu Sungai TengahSyekhAhmad Khatib Sambas bernama lengkap Syekh Muhammad Khatib bin Abdul Ghafar al-Sambasi al-Jawi lahir di Kampung Dagang/Kampung Asam, Sambas, Kalimantan Barat (Borneo) pada tahun 1217 H/1802 M. Beliau merupakan pendiri Tarekat Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah. Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (w.1812), Syekh 'Abd al-Shamad al- Palimbani
Bukanhanya itu, saat H. Ahmad Hafi Badali dalam kandungan, Abah Guru Sekumpul sering melihat Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (Datu Kalampayan) mendatangi Ibundanya H. Ahmad Hafi Badali. Kata Abah Guru Sekumpul: "Kakak beradik ini tidak akan terpisah dunia akhirat." Kedua putra ini adalah putra mahkota Sekumpul. . 196 127 442 210 70 200 293 304